1.1
Latar Belakang
Potensi
bencana di seluruh belahan dunia akhir-akhir ini menunjukan peningkatan
frekuensi kejadian bencana. Perubahan iklim global berdampak pada pemanasan
global karena adanya efek rumah kaca (green house effect). Meningkatnya
suhu global diperkirakan akan menyebabkan dampak-dampak lainnya, seperti
peningkatan permukaan air laut yang menyebabkan beberapa pulau kecil hilang,
periode musim hujan dan intensitas hujan berubah-ubah. Peningkatan intensitas
hujan akan menyebabkan meningkatnya bencana banjir dan tanah longsor. Lain
halnya di daerah daratan, yang angin topan dan curah hujan sangat tinggi. Angin
topan dapat merobohkan pohon dan merusak rumah penduduk. Intensitas curah hujan
yang tinggi menyebabkan meluapnya sungai-sungai karena tidak mampu menampung
air. Akibatnya banjir terjadi di mana-mana, penduduk mengungsi dan menimbulkan
berbagai kerusakan bahkan korban jiwa.
Banjir
yang melanda di berbagai wilayah Indonesia merupakan suatu fenomena logis,
karena negara ini berada di daerah tropis dengan curah hujan yang sangat besar.
Menurut data Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (KBNP) tahun
2000-2009 banjir merupakan bencana terbesar yang menempati uruta pertama.
Selain itu, berbagai pemicu yang dapat di identifkasi adalah perubahan lahan di
daerah hulu seperti pembukaan hutan dan perkembangan wilayah perkotaaan yang
sangat cepat. Pembukaan hutan pada daerah hulu seper akan menyebabkan air hujan
tidak dapat diserap oleh tanah dan langsung menjadi air limpasan yang langsung
mengalir ke sungai. Debit air sungai akan menjadi lebih besar, dan akhirnya
menyebabkan banjir. Perkembangan perkotaan yang tidak diiringi dengaan
pengelolaan yang baik, akan menyebabkan sistem drainase perkotaan akan
memburuk, air tidak dapat mengalir dengan semestinya, sehingga menyebabkan
genangan banjir.
Fenomena-
fenomena tersebut terjadi di negara kita, namun antara wilayah satu dengan yang
lain dapat berbeda penyebabnya. Banjir
di daerah perkotaan memiliki
karakteristik yang berbeda dengan banjir lahan/alamiah. Kasus–kasus banjir di
daerah perkotaan memiliki beberapa masalah yang perlu ditelah lebih lanjut. Di
Kota Samarinda, banjir sering terjadi di beberapa bagian Kota seperti di
Kecamatan Samarinda Ulu, Samarinda Utara dan daerah–daerah lainnya. Hal ini
tentu saja meresahkan masyarakat dan
menjadi permasalahan bagi pemerintah Kota Samarinda karena mengganggu
kenyamanan warga dan merusak keindahan Kota Samarinda.
Berdasarkan uraian diatas, maka Departemen Kajian
Lingkungan Hidup tertarik mengadakan kajian dengan mengambil judul sebagai
berikut “Permasalahan Banjir di Kecamatan Sugai pinang dan Upaya
Pengendaliannya”. Guna menigkatkan peran mahasiswa dalam menyelesaikan suatu
permasalahan, dalam kasus pada kali ini adalah mengenai banjir.
1.2 Batasan Masalah
Pembahasan pada makalah ini dibatasi oleh beberapa aspek
yaitu sebaga berikut :
1.
Pengaruh curah Hujan
2.
Topgrafi
3.
Dampak banjir
4. Penanggulangan
Banjir
1.3
Tujuan
1. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa
mengenai permasalahan banjir terkhusus di Kecamata Sungai Pinang
2.
Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan banjir di
Kecamatan Sunga Pinang
Meningkatkan peran mahasiswa dalam memberikan
solusi dari permasalahan banjir.
2.1
Faktor Alam Penyebab Banjir di
Kecamatan Sungai Pinang
Karakteristik fisik daerah penelitian menggambarkan
kondisi fisiografis suatu wilayah yang mempengaruhi aktivitas sosial ekonomi,
termasuk pemanfaatan dan pengembangan wilayah. Karakteristik fisik yang akan
dibahas meliputi topografi, curah hujan dan hidrologis.
2.1.1 Peta Topografi/Kemiringan Lereng
Berdasarkan
topografinya , maka wilayah Kota Samarinda berada di ketinggian antara 0 - 200
dpl, dan hampir 24,17 % berada di ketinggian 0 - 7 dpl, umumnya terletak di
dekat Sungai Mahakam sekitar 41,10 % berada dalam ketinggian 7 - 25 dpl, dan
32,48 % berada di ketinggian 25 - 100 dpl. Kondisi
topografi Sub DAS Karang Mumus, pada peta menunjukkan kemiringan lereng sub DAS
Karang Mumus pada Kecamatan Sungai Pinang terdapat kemiringan lereng 0 - 8%
luas 1.592,7 ha kelas lereng datar dan kelas lereng 8-15% luas 518,2 ha kelas lereng landai, kemiringan lereng 15-25%
luas 119,6 ha kelas lereng agak curam ,
kemiringan lereng 25 - 40% luas 3 ha kelas lereng curam.
Kondisi
topografi berbukit-bukit dan terdapat daerah datar khususnya berada di alur
Sungai Karang Mumus yang berada dalam Kota Samarinda. Topografi perbukitan
menempati daerah hulu dari DAS Karang Mumus mulai dari Gunung Batu Putang,
Gunung Batu Cermin, Gunung Kapur dan pada daerah hilir juga terdapat perbukitan
sekitar Gunung Tangga. Beberapa anak Sungai yang melewati Daerah Aliran Sungai
adalah Sungai Lubang putang, Sungai Lingai, Sungai Muang, Sungai Selindung,
Sungai Bangkuring, Sungai Lempake, Sungai Binangat, Sungai Pampang Kiri, Sungai
Pampang Kanan, Sungai Tanah Merah, Sungai Bayur, Sungai Siring dan Sungai
Lantung. Kemiringan lereng merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap
tingkat kerawanan banjir karena semakin rendah topografi suatu daerah maka
semakin besar berpotensi banjir. Berdasarkan data topografi diatas, mayoritas
tempat di kecamatan Sungai Pinang berpotensi dilanda banjir karena memiliki
topografi yang landai yaitu 8 – 15% dengan luas 518,2 ha.
Gambar
4.1 Peta Topografi/Kemiringan Lereng
Sub DAS Karang Mumus
4.1.2
Curah Hujan
Tabel 4.1 Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan Menurut Bulan di Kota
Samarinda, 2015
|
|||
Bulan
|
Curah Hujan (mm3)
|
Hari Hujan
|
|
Januari
|
344,8
|
26
|
|
Februari
|
193
|
19
|
|
Maret
|
197,8
|
17
|
|
April
|
343,7
|
23
|
|
Mei
|
213,5
|
20
|
|
Juni
|
259,2
|
23
|
|
Juli
|
162,7
|
11
|
|
Agustus
|
57,6
|
7
|
|
September
|
0
|
1
|
|
Oktober
|
73,2
|
8
|
|
November
|
60,9
|
19
|
|
Desember
|
191,4
|
16
|
|
Sumber : Stasiun Meteorologi Temindung
|
Tabel 4.2 Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan Menurut Bulan di Kota
Samarinda, 2014
|
|||
Bulan
|
Curah Hujan (mm3)
|
Hari Hujan
|
|
Januari
|
273,1
|
21
|
|
Februari
|
197,1
|
10
|
|
Maret
|
318,7
|
16
|
|
April
|
126,1
|
19
|
|
Mei
|
189,7
|
21
|
|
Juni
|
210,5
|
19
|
|
Juli
|
49,5
|
15
|
|
Agustus
|
81,3
|
24
|
|
September
|
0
|
12
|
|
Oktober
|
73,2
|
7
|
|
November
|
60,9
|
23
|
|
Desember
|
191,4
|
25
|
|
Sumber : Stasiun Meteorologi Temindung
|
Curah hujan merupakan salah satu faktor alami penyebab
banjir di Kecamatan Sungai Pinang. Berdasarkan data yang diperoleh dapat
dilihat bahwa rata-rata curah hujan di Samarinda pada tahun 2014 adalah sebesar
199,0 mm3 dan rata-rata hari hujan yaitu 17,6 HH. Berdasarkan data
yang diperoleh pada tahun 2015 dapat dilihat bahwa rata-rata curah hujan di
Samarinda yaitu sebesar 174,82 mm3 dan rata-rata hari hujan yaitu 16
HH. Dari data diatas dapat dilihat bahwa bulan hujan yang terjadi di Samarinda
yaitu antara bulan Desember sampai dengan Juni, namun jika dilihat lebih
spesifik lagi curah hujan dengan intensitas yang tinggi terjadi antara bulan
Januari sampai dengan Juni. Kasus banjir yang baru melanda Kecamatan Sungai pinang
pada awal April 2017 terjadi karena saat itu curah hujan sangat tinggi.
2.2 Faktor Manusia
Beberapa peran perilaku manusia yang berdampak
terhadap peristiwa banjir secara langsung di Kecamatan Sungai Pinang, antara
lain:
a.
Tumbuhnya
daerah-daerah pemukiman dan kegiatan baru di daerah dataran banjir .
b.
Alur-alur
sungai semakin menyempit disebabkan oleh adanya pemukiman sepanjang pinggir
alur sungai khususnya di Sungai Karang Mumus.
c.
Terjadinya
proses agradasi dasar sungai yang disebabkan karena terjadi perubahan keseimbangan
antara daya angkut sungai terhadap sedimen dan besarnya angkutan sedimen
tersebut.
d.
Debit
sungai untuk periode ulang tertentu menjadi lebih besar yang pada umumnya
disebabkan oleh perubahan tata guna tanah, baik yang berada di hulu sungai
maupun di daerah hilir sungai.
e.
Pengembangan
yang ditimbulkan oleh pembuatan bangunan-bangunan sepanjang sungai terutama
pada kondisi banjir seperti jembatan dan sebagainya.
f.
Pemeliharaan
alur sungai dan bangunan-bangunannya yang kurang memadai sehingga alur sungai
serta bangunan pengendali banjir tersebut tidak berfungsi dengan baik.
g.
Kurangnya
kesadaran masyarakat yang tinggal di sepanjang sungai antara lain berupa
kegiatan pemanfaatan sungai.
h.
Belum
ada pengaturan penggunaan lahan bantaran sungai maupun daerah banjir yang
setiap saat bisa timbul.
i.
Terbatasnya
usaha atau tindakan yang dapat dilakukan untuk mengendalikan banjir..
j.
Kebiasaan
atau perilaku masyarakat yang terbiasa membuang sampah sembarangan ke sungai.
2.3 Hubungan antara Faktor Alam dan Manusia
Potensi masalah yang terdapat
di Kecamatan Sungai Pinang yaitu banjir. Banjir merupakan salah satu bencana atau dampak dari kerusakan lingkungan yang
terjadi akibat aktivitas manusia. Dengan prilaku warga Kecamatan Sungai
Pinang yang masih sering membuang sampah disembarang tempat dan banyaknya warga yang membangun rumah di sepanjang pinggiran sungai karangmumus. Salah
satu sumber atau penyebab banjir
berasal dari Daerah Aliran sungai karang mumus yang meluap,
dikarenakan sungai karang mumus menampung air yang berasal dari bagian hulu yaitu wilayah Kutai Kartanegara dan tidak bisa menampung kapasitas air yang cukup tinggi sehingga terjadilah banjir. Alur sungai yang mengalir di kecamatan sungai pinang ialah anak atau sub sungai Karang Mumus dan tepatnya anak sungai
(anak sungai ogan) Karang Mumus mengalir
di Kelurahan Gunung Lingai, Kecamatan Sungai Pinang.
Sungai Karang Mumus adalah nama sungai
yang membelah Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Sungai Karang Mumus merupakan anak Sungai Mahakam yang memiliki panjang aliran 34,7 kilometer. DAS Sungai Karang Mumus merupakan sub-sub
DAS Sungai Mahakam Ilir. DAS Karang Mumus secara geografis terletak pada
0°19’28,93 LS - 0°26’54,72” LS dan
117°12’06,24” BT -
117°15’41,27” BT. Secara administratif,
DAS Karang Mumus berada di wilayah Kota Samarinda dan Kabupaten Kutai
Kartanegara, Kawasan DAS Karang Mumus meliputi kawasan hulu DAS Karang Mumus termasuk kedalam wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara (Kecamatan Muara Badak),
sedangkan bagian tengah DAS Karang Mumus meliputi wilayah Kota Samarinda (Kecamatan Samarinda Utara) dan bagian hilir DAS Karang Mumus termasuk kedalam wilayah Kota Samarinda (sebagian kecil Kecamatan Samarinda Ulu, sebagian kecil Kecamatan Samarinda Ilir dan Kecamatan Sungai Pinang (Gunung Lingai).
Penyebab banjir di Kecamatan Sungai Pinang yaitu tertutupnya gorong-gorong tepat di lokasi banjir yang sudah tidak terlihat akibat tertimbun tanah, sebelumnya terdapat gorong-gorong atau drainase tapi sudah tertupi dengan adanya pembangunan-pembangunan yang tidak mengindahkan aspek lingkungan.
Penyebab lainnya karena sudah dipenuhi tanah dan lumpur,
alih fungsi lahan di area resapan air serta ditambah buruknya sistem drainase,
dataran rendah, dan jika turun hujan, anak Sungai Karang Mumus yang mengalir di kelurahan Gunung Lingai,
mulai meluap. Permukiman warga di kawasan rendah pun terendam. Semakin minimnya kawasan resapan air, menyebabkan permukiman warga sering kebanjiran. Maka selama 4 tahun diterjang banjir jadi asal usul banjir yang ada di kecamatan sungai pinang dikarenakan oleh meluapnya air sungai dari anak sungai karang mumus disebabkan tertutupnya jalur drainase
yang telah tertimbun tanah dan buruknya sistem drainase.
Data banjir di atas diambil pada tanggal 04 Oktober
2016 jam 16.35 – 17.30 WITA. Suhu pada saat itu sekitar
25 – 26 °C, dengan intensitas hujan yang cukup tinggi. Lamanya hujan yang turun pada hari itu sekitar 1 – 3 jam. Solusi bencana banjir berdasarkan tata ruang yang terjadi di Kecamatan Sungai Pinang
ini yaitu dilakukannya pengerukkan drainase dari padatan-padatan
yang ada di drainase. Kemudian dilakukan relokasi warga yang berada di sekitar pinggiran DAS Sungai Karang Mumus, agar jika air sungai meluap maka warga tidak merasa kerugian
yang banyak karena terjadinya bencana banjir.
Banjir yang disebabkan juga karena kurangnya resapan
air di wilayah Kecamatan Sungai Pinang,
sehingga air hujan yang turun langsung mengenangi wilayah tersebut.
Kecamatan Sungai Pinang merupakan salah satu kecamatan yang ada di Samarinda,
yang menjadi langganan banjir disetiap musim hujan baik hujan dengan intensitas biasa
pun menyebabkan banjir langsung di wilayah ini. Banjir yang sering terjadi ini sering merugikan warga pengguna jalan di wilayah tersebut.Kiranya pemerintah juga melakukan tindakan tegas kepada pihak pengelola bangunan yang tidak mempunyai Izin Mendirikan Bangunan
(IMB). Perlu adanya penambahan ruang terbuka hijau, agar tempat terbuka hijau ini bias berfungsi sebagai tempat resapan
air, sehingga jika hujan turun air dapat meresap ketanah dan tidak langsung tergenang di jalanan.
2.4
Titik Lokasi Banjir Kecamatan Sungai
Pinang
Kelurahan
|
No.
Simbol
|
Gambar
|
a. Bandara
|
1a
|
1. Drainase di Jl. Tantina 1
|
b. Gunung Lingai
|
1b
|
1.
Drainase di Jl. Gunung Lingai
|
2b
|
2.
Banjir di Jl. Tri Darma RT. 16
|
|
c. Mugirejo
|
1c
|
1. Jl. Damanhuri II Gg. ogok RT. 28
|
2c
|
2.
Banjir di Jl. Mugirejo RT. 01
|
|
3c
|
3.
Banjirdi Jl. LubukSawa RT. 15
|
|
d. Temindung Permai
|
1d
|
1.
Drainase
di Jl. Ahmad Yani
|
e. Sungai Pinang Dalam
|
1e
|
1. Drainase di Jl. Proklamasi B
|
2e
|
2.
Banjir di Jl. Gerilya
|
|
3e
|
3.
Banjir di Jl. D.I Pandjaitan
|
(Sumber: Survei Lokasi Kelompok IV, 2016)
2.5
Dampak
Banjir
Secara
umum dampak banjir dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Dampak
langsung relatif mudah diprediksi daripada dampak tidak langsung. Dampak yang
dialami daerah perkotaan dimana didominasi oleh pemukiman penduduk juga berbeda
dengan dampak yang dialami daerah pedesaan yang didominasi oleh areal
pertanian. Banjir yang menerjang suatu kawasan dapat merusak dan menghanyutkan
rumah sehingga menimbulkan korban luka-luka maupun meninggal. Banjir juga dapat
melumpuhkan armada angkutan umum atau membuat rute menjadi lebih jauh untuk
bisa mencapai tujuan karena menghindari titik genangan. Penduduk seringkali
harus mengungsi sementara ke tempat yang lebih aman dan bebas banjir. Korban
banjir baik yang berada di rumah sendiri maupun pengungsian banyak yang terserang
penyakit kulit, diare dan pernafasan. Banjir juga merupakan bencana yang
relatif paling banyak menimbulkan kerugian. Kerugian yang ditimbulkan oleh
banjir, terutama kerugian tidak langsung menempati urutan pertama atau kedua
setelah gempa bumi dan tsunami berdasarkan BNPB tahun 2013. Bukan hanya dampak
fisik yang dirasakan warga tetapi juga dampak non fisik seperti sekolah yang
terpaksa diliburkan dan harga kebutuhan pokok menjadi meningkat karena sulitnya
akses masuk hingga jatuhnya korban jiwa.
2.6
Pengendalian
Banjir
2.6.1
Gambaran
Pengendalian Banjir pada Umumnya
Mengingat banjir sudah terjadi secara rutin,
makin meluas, kerugian makin besar, maka perlu segera dilakukan upaya-upaya untuk
mencegah dan menanggulangi dampaknya, yang dapat dilakukan secara struktural
maupun non struktural.
Upaya secara struktural berupa tindakan menormalisasi sungai, pembangunan waduk pengendali banjir, pengurangan debit
puncak banjir dan lain-lain. Upaya ini telah dilakukan di beberapa
daerah. Selain beragam upaya tersebut, juga dilakukan early warning system (peringatan dini) supaya pihak yang terkait dapat melakukan antisipasi sejak dini
sehingga dapat meminimalisir dampaknya.
Upaya agar setiap rumah membuat sumur
resapan untuk menampung air hujan,
sehingga dapat mengurangi banjir dan menambah cadangan air tanah.
Upaya nnon-struktural merupakan upaya penyesuaian
dan pengaturan kegiatan manusia supaya harmonis dan serasi dengan lingkungan.
Contoh upaya non-strktural adalah pengaturan maupun pengendalian penggunaan lahan
atau tata ruang, penegakan peraturan
atau hukum, pengawasan penyuluhan kepada
masyarakat dan lain-lain. Upaya pengendalian banjir dan dampaknya dapat dilakukan
melalui tiga pendekatan utamaya itu memindahkan
penduduk yang biasa atau akan terkena banjir, memindahkan banjirnya, mengkondisikan penduduk hidup bersama dengan banjir.
Dari 3 pendekatan tersebut yang
sering dilakukan adalah mengendalikan banjirnya dan membiasakan penduduk
hidup bersama banjir. Berbagai upaya tersebut telah banyak dilakukan di
berbagai daerah, namun hasilnya belum seperti
yang diharapkan, banjir masih terus terjadi dengan korban dan kerugian
yang tidak sedikit. Upaya mengatasi banjir juga kadang-kadang ditentang penduduk
karena mereka harus pindah atau di relokasi ke wilayah lain. Di Cieunteung, untuk mengatasi banjir
yang secara rutin merendam wilayah tersebut
maka pemerintah kabupaten Bandung
berencana membuat kolam retensi yang
berfungsi untuk menampung air banjir. Pembangunan kolam retensi ini memerlukan lahan sehingga harus
merelokasi penduduk. Hal ini tidak sepenuhnya
disetujui penduduk Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. Upaya lain
seperti pengerukan sungai untuk normalisasi sungai, pembuatan tanggul penahan
banjir dan lain-lain. Penanganan banjir secara menyeluruh dan berkelanjutan menjadi
tugas dan tanggung jawab semua pihak baik instansi teknis maupun lembaga lain
yang terkait serta masyarakat. Kerjasama internal dan eksternal harus dilakukan agar
memperoleh hasil yang optimal.
Melalui beragam upaya struktural dan non-struktural yang
terpadu serta berkelanjutan maka kejadian banjir di masa mendatang dapat
diperkecil baik kejadian maupun dampaknya. Upaya pengendalian banjir melalui
pengelolaan DAS selama ini dianggap belum berhasil dengan baik antara lain
karena kurangnya koordinasi atau keterpaduan dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan pengelolaan DAS termasuk
dalam hal pembiayaannya. Hal ini terutama
disebabkan oleh banyaknya instansi yang
terlibat dalam pengelolaan DAS.
Masalah pengelolaan DAS semakin kompleks karena
tidak sedikit pemerintah daerah yang belum memahami konsep pengelolaan DAS yang
berbasis ekosistem dan lintas batas administrasi. Sikap lebih mengutamakan aspek
ekonomi seperti Pendapatan Asli Daerah
(PAD) menyebabkan konsep pengelolaan DAS terpadu yang mementingkan pelestarian ekosistem
menjadi terabaikan.
2.6.2
Peran Dinas Bina Marga dan Pengairan dalam menanggulangi
banjir di Kecamatan Sungai Pinang Kota Samarinda
Peran Dinas Bina Marga dan Pengairan dalam
upaya pelaksanaan program menanggulangi banjir melalui rencana strategis Dinas
Bina Marga dan Pengairan Kota Samarinda terkait langsung dengan
kegiatan-kegiatan Dinas Bina Marga dan Pengairan sebagai berikut.
1. Pembangunan Kolam Retensi dan Pompanisasi
Dalam
perannya Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Samarinda menjalankan berbagai
program penanggulangan banjir yang salah satu upaya dari program ini berupa
pembangunan kolam retensi dan pompanisasi. Kolam retensi dan pompanisasi ini
sendiri memiliki pengertian tempat menampung air yang berfungsi sebagai
pengendali banjir, sedangkan pompanisasi adalah sistem alat yang digunakan
ketika sungai pada posisi badan air terisi penuh pada waktu itu air dipompa
kolam retensi supaya badan jalan tidak tergenang air.
Manfaat
pembangunan kolam retensi dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar dengan tidak
adanya lagi banjir sewaktu curah hujan tinggi mengguyur Kota Samarinda terutama
warga Kecamatan Sungai Pinang. Pembangunan kolam retensi dan pompanisasi ini
ternyata memiliki kendala baik kebutuhan dana maupun pembebasan lahan dalam hal
ini luas lahan. Akan tetapi, manfaatnya dapat dirasakan masyarakat sampai saat
ini dan masa yang akan datang seharusnya menjadi prioritas baik pemerintah
maupun masyarakat untuk dapat bekerja sama guna mengatasi banjir di Kota
Samarinda terutama di Kecamata Sungai Pinang.
2. Pembangunan
dan Peningkatan Sarana Drainase
Dalam
perannya Dinas Bina Marga dan Pengairan melakukan pembangunan dan peningkatan sarana
drainase sebagai upaya penanggulangan banjir. Dengan mengoptimalisasi fungsi
drainase diharapkan dapat memperlancar saluran pembuangan air. Sarana drainase
itu adalah materi atau bahan maupun alat yang digunakan dalam pembuatan maupun
peningkatan saluran air pada setiap sub sistem yang ada. Pembangunan dan
peningkatan saran drainase merupakan kegiatan penanggulangan banjir dengan
penanganan sistem mikro. Hal ini dimaksudkan mengoptimalisasi serangkaian
rencana induk drainase kota Samarinda mendatang.
Dari hasil penelitian dapat dilihat
pelaksanaan program penanggulangan banjir dengan kegiatan pembangunan dan
peningkatan sarana drainase sebagaian telah terealisasi. Diharapkan dengan
adanya pengerukan, pembersihan sedimentasi, pemeliharaan pelebaran sarana
drainase dapa mengurangi banjir di Kota Samarinda.
4.6.3
Peranan
Dinas Bina Marga dan Pengairan dalam Upaya Pelaksanaan Program Penanggulangan
Banjir di Kota Samarinda
Bagian
ini merupakan rangkaian untuk mengetahui gambaran umum yang terjadi mengenai peranan
Dinas Marga dan Pengairan dalam upaya penanggulangan banjir di Kecamatan Sungai
Pinang. Pada setiap penulisan ilmiah ilmu sosial tidak dapat dilakukan pengukuran
yang pasti. Namun, dengan analisis dan pengukuran dari masing-masing fokus penulisan
diharapkan diperoleh hasil penelitian yang mendekati realita.
1.
Pembangunan Polder, Kolam Retensi dan
Pompanisasi
Peranan
Dinas Bina Marga dan Pengairan dalam upaya pelaksanaan program penanggulangan banjir
di Kecamatan Samarinda Utara melalui pembangunan polder, kolam retensi dan pompanisasi
diketahui bahwa Dinas Bina Marga dan Pengairan dapat mengurangi bahkan menghilangkan
genangan banjir di Kecamatan Sungai Pinang.
2.
Pembangunan dan Peningkatan Sarana
Dranise
Peranan
Dinas Bina Marga dan Pengairan dalam upaya pelaksanaan program penanggulangan banjir
di Kecamatan Sungai Pinang melalui pembangunan dan peningkatan sarana drainase diketahui
bahwa menunjang bagi kelancaran saluran air.
Pembangunan
dan peningkatan sarana drainase merupakan rangkaian kegiatan jangka pendek yang
dilaksanakan setiap tahunnya. Rangkaian kegiatan jangka pendek ini merupakan rencana
penanganan sistemmikro. Penanganan sistem mikro sendiri biasa menjadi prioritas
karena realisasi anggaran yang diusulkan oleh Dinas Bina Marga dan Pengairan tidak
seperti harapan, maka untuk kegiatan jangka menengah dan panjang tertunda.
3. Rehabilitasi dan
Normalisasi Sungai Alam
Peranan
Dinas Bina Marga dan Pengairan dalam upaya pelaksanaan program penanggulangan
banjir di Kecamatan Sungai Pinang melalui rehabilitasi dan normalisasi sungai alam
dan drainase dapat berfungsi kembali saluran-saluran yang telah rusak,
tersumbat atau tidak tertata. Program rutin yang telah dilakukan Dinas Bina Marga
dan Pengairan dapat dicanangkan sebagai program rutin bagi masyarakat. Pengerukan
dan pembersihan parit-parit rumah merupakan upaya bersama dalam menjaga kebersihan
kota sehingga dapat mendukung dari program penanggulangan banjir.
4.
Pengawasan, Pengendalian, Pemantauan
dan Evaluasi Proyek-Proyek Dinas Bina Marga dan Pengairan
Peranan
Dinas Bina Marga dan Pengairan dalam upaya pelaksanaan program penanggulangan banjir
di Kecamatan Sungai Pinang melalui pengawasan, pengendalian, pemantauan dan evaluasi
diketahui bahwa kualitas kegiatan proyek dapat selalu dipantau. Pengujian pemeriksaan
perlu dilakukan demi menjaga kualitas pekerjaan. Selain itu, pemeliharaan saluran
juga dapat menjamin kualitas pekerjaan. Pengawasan dan evaluasi pun akan terus dilakukan
sebagai kontrol dan masukan bagi pemecahan masalah.
Komentar
Posting Komentar