1. PENDAHULUAN
Timbulan sampah meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan pola konsumsi manusia. Sampah merupakan salah satu bentuk konsekuensi dari adanya aktivitas alam maupun manusia yang belum memiliki nilai ekonomis. Tidak dapat dipungkiri, sampah akan selalu ada selama aktivitas kehidupan masih terus berjalan. Dalam upaya penanganan permasalahan sampah diperlukan adanya kerjasama yang nyata antara pemerintah dan masyarakat demi terwujudnya lingkungan yang bersih dan nyaman yang didambakan bersama. Peraturan Pemerintah No 81 Tahun 2012 memberikan arahan agar pengelolaan sampah dengan paradigma kumpul angkut buang berubah menjadi model pengelolaan sampah yang didasari dengan pengurangan dan penanganan sampah di sumber. Pola pikir masyarakat diarahkan pada kegiatan pengurangan sampah dan penanganannya (Auliani, 2021).
Menurut data Badan Pusat Statistik Kota Samarinda tahun 2021 tercatat sampah yang terangkut sebesar 661,740.00 kg, dengan persentase komposisi sampah anorganik dari pemukiman sebesar 46,61% dan sampah organik sebesar 53,39%. Pada tahun 2021, jumlah reduksi sampah di kota Samarinda tercatat sebesar 139,856.34 kg. Sampah organik berasal dari berbagai sektor kegiatan manusia, diantaranya pasar, rumah makan, rumah, hotel, dan lain sebagainnya. Dampak negatif yang ditimbulkan dari sampah organik dapat menimbulkan bau busuk dan mencemari lingkungan.
Melihat besarnya jumlah sampah organik yang dihasilkan masyarakat dan dampak terhadap lingkungan, perlu adanya pengolahan yang tepat agar sampah organik bisa teratasi dengan baik. Teknologi pengolahan sampah padat saat ini sudah banyak dilakukan baik menggunakan pendekatan fisika, kimia, maupun biologi. Sementara teknologi pengolahan sampah organik umumnya digunakan untuk pembuatan kompos karena sifat dari sampah tersebut ialah mudah terdegradasi. Dalam penelitian ini, menggunakan metode biokonversi, yakni proses yang melibatkan mikroorganisme untuk mengubah sampah organik menjadi produk yang bernilai tinggi. Penelitian ini menggunakan bantuan maggot atau Black Soldier Fly (BSF) untuk mengolah sampah organik. Larva dari Black Soldier Fly ini mampu mengkonsumsi sampah organik disekitarnya sebagai bahan makanan untuk bertahan hidup. Larva jenis ini aktif memakan berbagai bahan organik seperti, sampah pasar, sampah dapur, limbah ikan dan kotoran hewan ternak. Kemampuan larva BSF dalam bertahan hidup diberbagai media berkaitan dengan karakteristiknya yang memiliki toleransi pH yang luas. Hasil akhir penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui kualitas kompos yang didapat dari penelitian yang akan dilakukan melalui pemanfaatan larva BSF (Salman, 2020).
2. METODE PENELITIAN
Lokasi penelitian adalah TPS (Tempat Pembuangan Sementara) Pasar Segiri, Jalan Pahlawan, Sidodadi, Samarinda Ulu, Samarinda. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2022. Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif melalui pendekatan studi eksploratif yang dilakukan di TPS Segiri Samarinda. Pengumpulan data menggunakan beberapa metode yaitu observasi di lapangan untuk melihat teknik budidaya maggot BSF, metode pengukuran aspek-aspek yang mempengaruhi kualitas kasgot seperti pH, suhu, dan kelembaban, serta metode wawancara kepada pengelola untuk mengetahui aspek-aspek pengelolaan teknologi biokonversi sampah organik meliputi teknis operasional, kelembagaan, peraturan, dan peran serta masyarakat. Pengolahan dan analisis data secara deskriptif dan kuantitatif menggunakan pedoman dan peraturan-peraturan yang berlaku.
Prosedur penelitian ini melalui tahap yaitu tahap pra-lapangan, tahap pekerjaan lapangan dan tahap analisa data. Tahap pra-lapangan diawali dengan peninjauan lapangan dalam rangka penentuan fokus penelitian. Tahap pekerjaan lapangan adalah kegiatan dilokasi penelitian berupa pengumpulan data sesuai dengan fokus dan sasaran penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Tahap analisa data merupakan pengolahan data yang diperoleh, dianalisa secara deskriptif dengan menggabungkan data dari berbagai sumber.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengamatan dan analisis mengenai pengaruh kualitas Kasgot sebagai media pertumbuhan maggot menggunakan beberapa parameter. Parameter tersebut antara lain pH, kelembaban, dan suhu, dilakukan per dua hari sekali sebanyak 10 kali pengukuran. Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan, diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut:
Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Kualitas Kasgot
Pengukuran Ke- |
Tanggal |
Kelembaban (RH) |
Suhu (℃) |
pH |
1 |
24 Oktober 2022 |
1 |
20,5 |
4,6 |
2 |
26 Oktober 2022 |
1 |
20 |
7 |
3 |
28 Oktober 2022 |
2 |
19,6 |
7 |
4 |
31 Oktober 2022 |
1 |
22 |
7 |
5 |
2 November 2022 |
2,5 |
22 |
6,8 |
6 |
4 November 2022 |
3,7 |
20,5 |
6,9 |
7 |
7 November 2022 |
2 |
21 |
7 |
8 |
9 November 2022 |
1 |
21 |
7 |
9 |
11 November 2022 |
1,5 |
22 |
6,8 |
10 |
14 November 2022 |
1 |
22 |
6,5 |
Rata-rata |
1,67 |
21,06 |
6,66 |
(Data Primer, 2022).
Berdasarkan hasil output kajian dan penelitian dilakukan uji beberapa parameter di Laboratorium Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman, Samarinda. Uji yang dilakukan yaitu pada nilai N total, P2O5, dan K2O. Dari hasil uji tersebut didapat nilai diantaranya yaitu nilai N total sebesar 2,03%, lalu nilai P2O5 sebesar 1,27%, dan nilai K2O sebesar 3,21%.
3.1 Parameter pH
Pengukuran pH dilakukan setiap 2 hari sekali menggunakan soil tester. Hasil uji parameter pH selama 10 kali pengukuran dapat dilihat pada gambar 3.1.1 dibawah ini.
Gambar 3.1.1 Perubahan Nilai pH Kasgot pada Pertumbuhan
Perubahan pH kompos berawal dari pH agak asam karena terbentuknya asam-asam organik sederhana, kemudian pH meningkat pada inkubasi lebih lanjut akibat terurainya protein dan terjadinya pelepasan ammonia. Proses pengomposan sendiri akan menyebabkan perubahan pada bahan organik dan pH bahan itu sendiri. pH kompos yang sudah matang biasanya mendekati netral. kondisi pH harus memungkinkan untuk tumbuhnya bakteri dan jamur, sehingga proses degradasi oleh mikroorganisme juga dapat berlangsung.
3.2 Parameter Kelembaban
Pengukuran Kelembaban dilakukan setiap 2 hari sekali menggunakan soil tester. Hasil uji parameter kelembaban selama 10 kali pengukuran dapat dilihat pada gambar 3.1.2 dibawah ini.
Gambar 3.1.1 Perubahan Nilai Kelembaban Kasgot pada Pertumbuhan
Kelembaban memegang peranan yang sangat penting dalam proses metabolisme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada suplai oksigen. jika kelembaban terlalu rendah, efisiensi degradasi akan menurun karena kurangnya air untuk melarutkan bahan organik yang akan dideradasi oleh mikroorganisma sebagai sumber energinya.
3.3 Parameter Suhu
Pengukuran suhu dilakukan setiap 2 hari sekali menggunakan termometer tanah. Hasil uji parameter suhu selama 10 kali pengukuran dapat dilihat pada gambar 3.1.3 dibawah ini.
Gambar 3.1.1 Perubahan Nilai Suhu Kasgot pada Pertumbuhan
Pengamatan suhu dilakukan untuk mengetahui perubahan aktivitas mikoorganisme karena suhu merupakan salah satu indikator kualitas kasgot sebagai media pertumbuhan maggot dalam mengurai bahan organik.
4. KESIMPULAN
Timbulan sampah meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan pola konsumsi manusia. Menurut data Badan Pusat Statistik Kota Samarinda tahun 2021 tercatat sampah yang terangkut sebesar 661,740.00 kg, dengan persentase komposisi sampah anorganik dari pemukiman sebesar 46,61% dan sampah organik sebesar 53,39%. Lokasi penelitian adalah TPS (Tempat Pembuangan Sementara) Pasar Segiri, Jalan Pahlawan, Sidodadi, Samarinda Ulu, Samarinda. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2022. Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif melalui pendekatan studi eksploratif yang dilakukan di TPS Segiri Samarinda. Prosedur penelitian ini melalui tahap yaitu tahap pra-lapangan, tahap pekerjaan lapangan dan tahap analisa data. Pengamatan dan analisis mengenai pengaruh kualitas Kasgot sebagai media pertumbuhan maggot menggunakan beberapa parameter. Parameter tersebut antara lain pH, kelembaban, dan suhu yang dilakukan sebanyak 10 kali pengukuran. Pengukuran pH dilakukan setiap 2 hari sekali menggunakan soil tester dengan rata-rata hasil pengamatan yang diperoleh dari pengukuran 1 sampai 10 ialah sebesar 6,66. Pengukuran Kelembaban dilakukan setiap 2 hari sekali menggunakan soil tester dengan rata-rata hasil pengamatan yang diperoleh dari pengukuran 1 sampai 10 ialah sebesar 1,67 RH. Pengukuran Suhu dilakukan setiap 2 hari sekali menggunakan termometer tanah dengan rata-rata hasil pengamatan yang diperoleh dari pengukuran 1 sampai 10 ialah sebesar 21,06 ℃.
DAFTAR PUSTAKA
1. Auliani, Restu., dkk., 2021, Kajian Pengelolaan Biokonversi Sampah Organik melalui Budidaya Maggot Black Soldier Fly (Studi Kasus: PKPS Medan), Serambi Engineering, Volume 6 Nomor 4, Poltekes Kemenkes RI Medan, Kabanjahe.
2. Salman, Nurcholis., dkk., 2020, Pengaruh dan Efektivitas Maggot Sebagai Proses Alternatif Penguraian Sampah Organik Kota di Indonesia, Serambi Engineering, Volume 5 Nomor 1, Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya, Tasikmalaya.
LAMPIRAN
Gambar 1. Disiapkan telur maggot sebanyak 1 gram
|
Gambar 2. Disiapkan baskom dengan ukuran 60 x 40 yang telah diisi bungkil, kemudian diletakan telur maggot diatasnya. |
Gambar 3. Dibiakkan baby
maggot pada biopon (bak pembesaran) selama ± 14 hari. Gambar 4. Diberi makan sampah buah sebanyak 1 - 2 kg setiap harinya. Gambar 5. Dilakukan pengukuran suhu Kasgot Gambar 6. Dilakukan pengukuran pH Kasgot Gambar 7. Dilakukan pengukuran kelembaban Kasgot Gambar 8. Perkembangbiakkan Maggot setelah 14 Hari
LAMPIRAN HASIL UJI
Komentar
Posting Komentar